Kamis, 21 Oktober 2010

Resume Buku "Tarbiyah Dzatiyah"

Tarbiyah Dzatiyah

Membina Diri Sendiri

Tarbiyah Dzatiyah adalah sejumlah sarana tarbiyah (pembinaan), yang diberikan orang Muslim/Muslimah kepada dirinya untuk membentuk kepribadian islami yang sempurna di seluruh sisinya; ilmiah, iman, akhlak, sosial, dan sebagainya, dan naik ke tingkatan kesempurnaan sebagai manusia.

A. Urgensi Tarbiyah Dzatiyah

1. Menjaga diri mesti didahulukan daripada menjaga orang lain

“Hai orang-orang yang beriman, jagalah diri dan keluarga kalian dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu” (At-Tahrim : 6)

Arti mewajibkan diri mengerjakan perintah Allah menjauhi laranganNya, bertaubat dari apa saja yang dimurkainya.

2. Jika Anda tidak mentarbiyah diri Anda, Siapa yang mentarbiyah Anda?

Jika tidak mentarbiyah diri sendiri, ia kehilangan waktu-waktu ketaatan dan momen-momen kebaikan.

“Ingatlah hari Allah mengumpulkan kalian pada hari pengumpulan.” (At-Taghabun : 9)

3. Hisab kelak bersifat Indivuidual

“Dan setiap mereka datang kepada Allah pada hari kiamat dengan sendiri-sendiri.” (Maryam : 95)

4. Tarbiyah Dzatiyah itu lebih mampu mengadakan perubahan.

5. Tarbiyah Dzatiyah adalah sarana tsabat/tegar dan istiqomah

6. Sarana Dakwah yang paling kuat

7. Cara yang benar dalam memperbaiki realitas yang ada

8. Keistimewaan Tarbiyah Dzatiyah adalah mudah diaplikasikan, sarana-sarananya banyak, dan ada terus pada orang muslim setiap waktu.

B. Sebab-sebab ketidakpedulian kepada tarbiyah dzatiyah

1. minimnya ilmu

2. ketidakjelasan sasaran dan tujuan

3. lengket dengan dunia

4. pemahaman yang salah tentang tarbiyah

5. minimnya basis tarbiyah

6. langkanya murabbi (pembina)

7. perasaan akan panjang angan-angan

C. Sarana-sarana Tarbiyah Dzatiyah

sarana pertama : muhasabah

Seorang muslim yang baik adalah yang bermusahabah secara rutin, mengevaluasi kebaikan dan keburukan yang telah dikerjakan.

“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat).” (Al-Hasyr: 18)

Muhasabah diri setelah berbuat dibagi kedalam tiga bagian

1. muhasabah diri atas ketaatan kepada Allah ta’ala yang ia lalaikan. Artinya ia tidak mengerjakannnya sebagaimana mestinya.

2. muhasabah diri atas perbuatan yang lebih baik tidak ia kerjakan daripada ia kerjakan.

3. muhasabah diri atas hal-hal mubah dan wajar.

Muhasabah atas waktu

“Pada hari kiamat, kedua kaki seorang hamba tidak dapat bergerak, hingga ia ditanya tentang empat hal. Tentang umurnya, untuk apa ia gunakan, masa mudanya, untuk apa ia habiskan; tentang hartanya, darimana ia memperolehnya dan ia belanjakan di hal-hal apa saja; dan tentang apa saja diantara ilmunya yang telah ia amalkan.” (At-Tirmidzi)

Sarana kedua : Taubat dari segala dosa

Segera bertaubat dari segala dosa itu wajib secepatnya dilakukan dan tidak boleh ditunda. Jika taubat ditunda, pelakunya bermaksiat kepada Allah akibat penundaan taubatnya. Seorang hamba selalu berada di atas nikmat Allah yang perlu ia syukuri dan dosa yang harus diistigfari. “Hai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah dengan taubat yang sebenarnya.” (At-Tahrim : 8)

Sarana ketiga : mencari ilmu dan memperluas wawasan

Ketahuilah mencari ilmu itu wajib dan ilmu itu menyembuhkan hati yang sakit. Yang paling penting bagi seseorang ialah ia tahu agamanya. Sebab mengetahui dab mengamalkannya itu jalan masuk surga.

Mencari ilmu adalah sarana penting tarbiyah dzatiyah yang benar. Ikhlaslah dalam mencari ilmu. Rajinlah mencari ilmu. Terapkan ilmu yang telah dipelajari. Mengajarkan kepada yang lainnya.

Sarana keempat : Mengerjakan amalan-amalan iman

1. mengerjakan ibadah-ibadah wajib seoptimal mungkin.

2. Meningkatkan porsi ibadah-ibadah sunnah.

3. peduli dengan ibadah dzikir.

Sarana kelima : memperhatikan aspek akhlak

“Dan Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik.” (Ali Imran: 148)

1. sabar

2. membersihkan hati dari akhlak tercela

3. meningkatkan kualitas akhlak

4. bergaul dengan orang-orang yang berakhlak mulia.

5. memperhatikan etika-etika umum.

Sarana keenam : terlibat dalam aktivitas dakwah

1. merasakan kewajiban dakwah

2. menggunakan setiap kesempatan untuk berdakwah

3. terus menerus dan tidak berhenti di tengah jalan

4. pintu-pintu dakwah itu banyak

5. kerjasama dengan pihak lain

Sarana ketujuh : Mujahadah (Jihad)

1. sabar adalah bekal mujahadah.

2. sumber keinginan

“Dan orang-orang yang berjihad di jalan Kami, Kami pasti tunjukan mereka ke jalan-jalan Kami dan sesungguhnya Allah pasti beserta orang-orang yang berbuat baik.” (Al-Ankabut : 69)

3. bertahap dalam melakukan mujahadah

“siapa mendekat kepadaku sejengkal, aku mendekat kepadanya sedepa. Siapa mendekat kepadaKu sedepa, aku mendekat kepadanya selengan. Siapa mendekat kepadaku dengan berjalan, Aku datang kepadanya dengan berlari-lari kecil. (Bukhari Muslim)

4. Jadilah Anda orang yang tidak lalai

Sarana kedelapan : Berdoa dengan jujur kepada Allah ta’ala

“Dan Tuhan kalian berfirman, ‘Berdoalah kepadaKu, niscaya Aku kabulkan doa kalian” (Ghafir: 60)

D. Buah Tarbiyah Dzatiyah

1. Mendapatkan keridhaan Allah Ta’ala dan surgaNya

“Sesungguhnya orang-orang beriman dan beramal shaleh, bagi mereka adakah surga Firdaus menjadi tempat tinggal.” (Al-Kahfi: 107)

2. Bahagia dan tenteram

“Siapa mengerjakan amal shalih, baik laki-laki maupun perempuan, dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya pasti kami berikan kepadanya kehidupan yang baik.” (An-Nahl: 97)

3. Dicintai dan diterima Allah

“HambaKu senantiasa mendekat kepadaKu dengan melakukan ibadah-ibadah sunah, hingga aku mencintainya.”

“Sesungguhnya orang-orang yang beriman dab beramal shalih, kelak Allah yang Maha Pemurah menanamkan kepada mereka rasa kasih sayang.” (Maryam: 96)

4. Sukses

5. Terjaga dari keburukan dan hal-hal tidak mengenakkan

“Sesungguhnya Allah membela orang-orang beriman.” (Al-Hajj : 38)

6. Keberkahan waktu dan harta

7. Sabar atas penderitaan dan semua kondisi

8. Jiwa merasa aman

“Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan ‘Tuhan kami ialah Allah’, kemudian mereka istiqomah, maka tidak ada kekhawatiran pada mereka dan mereka tidak berduka cita.” (Al-Ahqaf: 13)

Sumber : Tarbiyah Dzatiyah karangan Abdullah bin Abdul Aziz Al-Aidan.