Timun Mas dalam Kejaran Zaman
oleh Fitri Nuur Alimah
Pernahkah sewaktu kecil Anda diceritakan cerita rakyat oleh orang tua Anda sebelum tidur? Cerita rakyat merupakan salah satu sastra lisan nusantara yang diwariskan turun temurun secara lisan (dari mulut ke mulut). Baru sebagian sastra lisan di Indonesia yang sudah dibukukan ataupun difilmkan. Salah satu cerita rakyat yang sudah dibukukan dan difilmkan adalah cerita rakyat Timun Mas, bahkan cerita Timun Mas ini sudah beredar di internet dalam berbagai bahasa.
Cerita Timun Mas termasuk jenis cerita nasihat, cerita timun Mas ini dapat di temukan didaerah nusantara dengan berbagai versi. Hal ini dikarenakan proses penciptaan cerita Timun Mas dalam sastra lisan pada dasarnya spontan. Cerita secara turun temurun ini disampaikan lewat hafalan dan ingatan. Oleh karena itu, seluruh cerita Timun Mas diciptakan dan didasari oleh cerita yang telah mereka miliki yang mengalami proses transmisi secara alamiah.
Cerita Timun Mas yang saya dapat berdasarkan dari ingatan cerita Timun Mas sewaktu kecil adalah cerita ini diawali dengan sepasang suami istri yang sangat mengharapkan memiliki anak. Kemudian memohon kepada Buto Ijo untuk diberi anak dengan syarat, ketika Timun Mas sudah menjadi gadis akan diminta oleh Buto Ijo untuk dimakan. Buto ijo memberikan mentimun kepada ibu. Ketika di buka di rumah, di dalam ketimun ada seorang bayi perempuan yang lucu.
Pertengahan cerita, Timun Mas menjadi seorang gadis yang cantik dan sehat. Ibu gelisah, karena harus memberikan anaknya kepada Buto Ijo. Si ibu meminta pertolongan kepada kakek pertapa. Ibu mendapatkan tiga kantong. Kantong pertama berisi biji, kantong kedua berisi garam, dan kantong ketiga berisi terasi. Kantong-kantong itu untuk melawan Buto Ijo.
Buto ijo menagih janjinya kepada Ibu Timun Mas, tapi Ibu dan Timun Mas tidak mau. Akhirnya Timun Mas dikejar-kejar Buto Ijo untuk dimakan, kemudian Timun Mas melemparkan kantong yang berisi biji-bijian, kemudian dari biji-bijian itu tumbuh pohon yang merambat dan berduri, menghalangi jalan Buto ijo. Dari kantong kedua yang berisi garam yang dilemparkan oleh Timun Mas, keluarlah air laut yang menenggelamkan Buto ijo. Buto ijo sudah kepayahan. Yang terakhir, Timun Mas melemparkan kantong yang berisi terasi, lalu dari terasi-terasi itu keluar lumpur yang menenggelamkan Buto Ijo. Timun Mas selamat. Ibu dan Timun Mas bersyukur kepada Tuhan yang telah membantu Timun Mas menghadapi Buto Ijo.
Kini, cerita rakyat Timun Mas sudah mengalami proses transformasi dari sastra lisan ke dalam bentuk tulisan, drama, dan film kartun. Kita akan membandingkan bentuk, isi, fungsi, dan konteks cerita Timun Mas versi satu (Timun Mas versi lisan)— kita sebut saja teks hipogramnya, Timun Mas versi dua yang didapat dari blog Uun Halimah, Timun Mas versi tiga dari catatan Triwidodo Djokorahardjo, dan Timun Mas versi film kartun ”Timun Mas dan Raksasa”.
Dalam hal bentuk, Teks hipogram Timun Mas versi satu berupa sastra lisan, Timun Mas versi Uun Halimah dan Triwidodo Djokorahardjo berupa sastra tulis, sedangkan Timun Mas dan Raksasa sudah dalam bentuk film kartun.
Cerita Timun Mas yang hipogram dengan cerita Timun Mas transformasinya walaupun berlainan masanya, ternyata masih banyak unsur kesamaannya yaitu pada segi isi. Perbedaan antara teks hipogram dengan isi yang ada di dalam film kartun “Timun Mas dan Raksasa” adalah dalam cerita timun mas awal cerita tidak didahului dengan perjanjian antara raksasa dengan kedua orang tua Timun Mas. Disini diceritakan Timun Mas sudah dewasa dan berteman dengan kucing dan monyet yang selalu menemaninya bermain.
Di dalam teks hipogram, Timun Mas diceritakan memiliki ayah dan ibu yang sudah tua dan bekerja sebagai petani. Dalam film kartun “Timun Mas dan Raksasa” hanya memiliki seorang ibu dan empat adik angkat, yaitu kucing, monyet, tikus rumah, dan tikus tanah yang dapat berdiri, berbicara layaknya manusia.
Di dalam teks hipogram, tokoh-tokohnya hanya bapak, ibu, timun mas, dan buto ijo. Tapi dalam film kartun “Timun Mas dan Raksasa” ada tokoh tambahan yaitu pangeran, pengawal, kakek pertapa, ayam, penduduk desa, monyet, kucing, tikus, dan tikus tanah. Para tokoh tambahan ini adalah yang membantu Timun Mas kabur dari Buto Ijo.
Dalam film kartun “Timun Mas dan Raksasa”, setelah tenggelam oleh lumpur, raksasa tidak mati, hanya menjadi mempunyai penyakit kulit, dan raksasa sempat berteman dengan Timun Mas. Namun dalam teks hipogramnya Timun Mas dan Raksasa Buto Ijo tidak berteman.
Dalam cerita Timun Mas yang ditulis dalam blog Uun Halimah, Timun Mas bernama Ni Timun Mas sedangkan raksasanya bernama I Lantang Hidung. Ada pula yang menamakan Ibu Timun Mas sebagai Mbok Sirni.
Cerita rakyat Timun Mas memiliki beberapa fungsi, dalam kehidupan sehari-hari cerita ini biasanya dijadikan bahan pembelajaran bagi anak-anak, inspirasi dalam pembuatan film, dan sebagai cerita pengantar tidur dari orang tua ke anaknya atau dari kakek nenek ke cucunya. Begitu pula dengan cerita Timun Mas yang telah ditransformasikan ke dalam bentuk audio-visual dan tulisan, fungsi yang utama adalah sebagi tontonan hiburan bagi anak-anak maupun masyarakat, karena Timun Mas berisi nasehat-nasehat agar kita selalu mensyukuri apa yang diberikan Tuhan, tidak meminta kepada jin ataupun raksasa seperti Buto ijo. Sekalipun dalam dunia nyata, Buto Ijo tidak ada, namun tetap ada kaitan antara tokoh-tokoh dan perbuatan mereka yang dapat dimengerti oleh penikmat cerita Timun Mas. Selain itu cerita Timun Mas mengajarkan kita bersikap pantang menyerah, contohnya Timun Mas ketika dikejar-kejar Buto Ijo, walaupun kantong pertama gagal, Timun Mas terus melemparkan kantong kedua, ketiga, hingga kantong keempat.
Bila dilihat dari segi konteks penyampaian cerita rakyat Timun Mas dari generasi ke generasi berikutnya, awalnya dilakukan secara turun temurun melalui bahasa lisan. Kemudian setelah masyarakat mengenal tulisan barulah penyampaian itu dilakukan secara tertulis dengan menggunakan media buku, sehingga kini kita tak sulit lagi menemukan cerita Timun Mas dalam buku kumpulan cerita rakyat. Semakin berkembangnya teknologi, konteks penyampaiannya berkembang menjadi sebuah film, dan film kartun.
Ternyata, cerita Timun Mas yang hipogram dengan cerita Timun Mas transformasinya walaupun berlainan masanya, ternyata masih banyak unsur kesamaannya yaitu pada segi isi dan fungsi. Dengan ini, terbukti cerita Timun Mas yang tercipta dahulu kala tidak termakan oleh zaman, masih ada hingga sekarang, bahkan semakin berkembang dari yang awalnya hanya sastra lisan menjadi sastra tulis, film, drama, maupun film kartun. Semoga cerita rakyat nusantara yang lain seperti Malin Kundang, Bawah Merah Bawang Putih, Sangkuriang, Ande-ande Lumut, Lutung Kasarung dan cerita rakyat nusantara lainnya pun dapat terus bertahan dari kepungan cerita-cerita anak dunia, seperti Cinderella, Snow White, Phinichio, dan lain-lain.