Jumat, 17 September 2010

Penerapan Semantik dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia SMP Kelas IX

oleh Fitri Nuur Alimah

Buku yang dianalisis adalah Pelajaran Bahasa Indonesia Untuk SMP/MTs Kelas IX karangan Tri Retno Murniasih,S.Pd. dan Drs. Sunardi, M. Pd. Pembahasan semantik dalam buku ajar ini sebagai berikut.

1. Bab 2

Pembahasan semantik dalam bab 2 adalah Memahami dan Menggunakan Imbuhan –man, –wan, –wati. Akhiran –man, -wan dan –wati menunjukkan jenis kelamin. Akhiran –man dan –wan menyatakan jenis kelamin laki-laki, sedangkan –wati menyatakan perempuan. Akhiran tersebut berfungsi membentuk kata benda.

Arti imbuhan –man-, -wan dan –wati sebagai berikut.

1. Menyatakan orang yang ahli.

Contoh: Sumpah jabatan PNS dihadiri para agamawan.

2. Menyatakan orang yang mata pencahariannya di bidang tertentu.

Contoh: Peristiwa itu diliput para wartawan dari berbagai media cetak.

3. Menyatakan orang yang memiliki sifat tertentu.

Contoh: Setelah pergi haji, ia menjadi dermawan.

4. Menyatakan jenis kelamin.

Contoh: Para seniman dan seniwati meramaikan acara hari jadi kota Solo.

Dalam semantik, makna konfiks termasuk makna gramatikal yang lahir karena adanya proses gramatikal. Menurut Chaer (2002:62), makna gramatikal adalah makna yang hadir sebagai akibat adanya proses gramatika seperti proses afiksasi, proses reduplikasi, dan proses komposisi.

2. Bab 3

Pembahasan semantik dalam bab 3 adalah Memahami Singkatan dalam Iklan Baris. Hampir semua kata dalam iklan baris menggunakan singkatan. Singkatan-singkatan seperti itu jarang dipakai dalam tulis-menulis dalam situasi formal, tetapi lazim digunakan dalam beriklan. Antara pemasang iklan dengan pembaca sebagai pelanggan iklan sudah terjalin komunikasi yang baik, sehingga maksud dan tujuannnya kedua dapat tercapai. Contoh:

1. Ors = Orisinil

2. a.n. sdr = atas nama saudara

3. Hrg = harga

4. hub = hubungi

Dalam semantik, kata-kata yang terbentuk sebagai hasil penyingkatan ini lazim disebut akronim. Menurut Chaer (2002: 51), dalam perkembangan bahasa terakhir ini banyak kata-kata dalam bahasa Indonesia yang terbentuk sebagai hasil penggabungan unsur-unsur huruf awal atau suku kata dari beberapa kata yang digabungkan menjadi satu.

3. Bab 4

Pembahasan semantik dalam bab 4 adalah Menggunakan kata yang Mengalami Pergeseran Makna.

a. Pergeseran Makna Meluas dan Menyempit

Makna kata banyak yang berubah dari makna aslinya, baik meluas, menyempit, membaik, memburuk ataupun sama sekali berubah. Hal ini terjadi karena pada perkembangannya bahasa mengalami pertumbuhan sesuai dengan situasi dan situasi zamannya.

1) Perluasan Makna

Perluasan makna kata adalah suatu kata yang maknaya menjadi lebih luas daripada makna semula. Contoh:

a) Ia tinggal di rumah saudaranya.

Saudara makna kata dulu : adik/kakak

b) Ada keperluan apa Saudara mencari saya?

Saudara makna sekarang : engkau (orang yang dihormati)

2) Penyempitan Makna

Penyempitan makna kata adalah makna suatu kata menjadi lebih sempit daripada makna semula. Contoh:

a) Amelia berasal dari keluarga pendeta.

pendeta makna kata dulu : ahli agama

b) Menantunya seorang pendeta taat.

kata pendeta bermakna orang yang ahli ilmu agama Nasrani

b. Memahamai dan Menggunakan Makna Kata Peyorasi, Ameliorasi, dan Sinestesia

1) Peyorasi

Peyorasi adalah makna yang sekarang dirasa lebih rendah, kurang baik, kurang hormat daripada makna dahulu. Contoh kalimat peyorasi:

a) Bini bang Juri hamil enam bula. (bini lebih rendah nilainya daripada istri)

b) Kambingnya beranak enam ekor. (beranak lebih rendah nilainya daripada melahirkan)

2) Ameliorasi

Kalimat yang menggunakan kata ameliorasi yaitu makna yang sekarang dirasa lebih tinggi nilainya daripada makna dahulu. Contoh kalimat ameliorasi:

a) Pramuniaga toko ini rata-rata usianya masih belia. (pramuniaga lebih tinggi daripada pelayan toko)

b) Istrinya serang pengusaha wanita terkemuka di kota ini. (wanita lebih tinggi nilainya daripada perempuan)

3) Sinestesia

Kalimat yang menggunakan kata sinestesia yaitu perubahan makna yang terjadi karena pertukaran anggapan dua indera. Contoh kalimat Sinestesia:

a) Senyumnya manis sekali. (indera perasa ke indera penglihatan).

b) Berita yang dibicarakan itu sebenarnya sudah basi. (indera perasa ke indera pendengar)

Dalam semantik,

4. Bab 5

Pembahasan semantik dalam bab 5 adalah Memahami dan Menggunakan Imbuhan ter-, ter-kan, ter-i.

a. Memahami dan menggunakan Awalan ter-

Arti awalan ter-

1) Kesebelasan Brazil sering menjadi tim sepak bola terkuat di dunia.

Arti imbuhan ter : menyatakan paling (paling kuat)

2) Mendengar berita yang mengejutkan itu aku terduduk.

Arti imbuhan ter : dengan tiba – tiba (duduk)

3) Rombongan kami masuk melalui pintu yang terbuka.

Arti imbuhan ter : dalam keadaan

4) Buku Ana terbawa oleh Sari.

Arti imbuhan ter : menyatakan perbuatan yang tidak disengaja

5) Terdakwa perampokan itu telah ditangkap polisi.

Arti imbuhan ter : menyatakan orang yang di ….

6) Tulisannya bagus dan rapi, sehingga terbaca dengan jelas.

Arti imbuhan ter : dapat di ……….(dibaca)

b. Memahami dan Menggunakan Imbuhan ter-kan

Arti awalan imbuhan ter-kan

1) Acara yang bagus itu terlewatkan begitu saja.

Arti imbuhan ter-kan pada kata terlewatkan adalah tidak sengaja/tidak terasa dilewatkan.

2) Kebaikan-kebaikannya tak terlupakan sepanjang masa.

Arti imbuhan ter-kan pada kata terlupakan adalah tak dapat dilupakan.

3) Kesedihan hatinya tak terlukiskan dengan kata-kata.

Arti imbuhan ter-kan pada kata terlukiskan adalah tak dapat dilukiskan.

c. Memahami dan menggunakan imbuhan ter-i

Arti awalan imbuhan ter-i

1) Mereka tidak merasa terbebani oleh tugas ini.

Arti imbuhan ter-i pada kata terbebani adalah mendapat beban.

2) Target itu telah terlampaui pada bulan kemarin.

Arti imbuhan ter-i pada kata terlampaui adalah dapat dilampaui

3) Pikiran anak-anak mulai teracuni tayangan-tayangan televisi yang kurang mendidik.

Arti imbuhan ter-i pada kata teracuni adalah dimasuki/dipengaruhi.

d. Menggunakan Imbuhan –is dan –isme

Arti awalan imbuhan –is dan -isme

1) Para pendiri negara adalah nasionalis sejati. (orang yang memiliki sifat nasional)

2) Semangat nasionalisme harus selalu dipupuk. (paham, pandangan, atau aliran)

3) Pianis cilik itu memperlihatkan kebolehannya di depan publik. (ahli bermain piano)

Dalam semantik, makna konfiks termasuk makna gramatikal yang lahir karena adanya proses gramatikal. Menurut Chaer (2002:62), makna gramatikal adalah makna yang hadir sebagai akibat adanya proses gramatika seperti proses afiksasi, proses reduplikasi, dan proses komposisi.

5. Bab 8

Pembahasan semantik dalam bab 8 adalah Memahami dan Menggunakan Homonim dan Hiponim.

a. Homonim

Homonim adalah kata yang lafal dan ejaannya sama, tetapi maknanya berbeda karena asal katanya berbeda. Contoh:

1) Adik sudah bisa berjalan.

2) Bisa ular kobra sangat mematikan.

Kata bisa dalam kedua kalimat di atas ejaan dan pelafalannya sama, tetapi arti keduanya berbeda. Kata bisa dalam kalimat pertama berarti mampu atau dapat, sedangkan pada kalimat kedua berarti racun.

Homonim ada dua jenis yaitu:

1) Homofon adalah kata yang lafalnya sama, tetapi memiliki ejaan dan arti yang berbeda. Contoh:

· Sekarang ini kita masih berada pada masa krisis ekonomi. (waktu)

· Pencopet itu luka parah karena dihajar massa yang marah.

(sekumpulan orang)

2) Homograf adalah kata yang ejaannya sama, tetapi memiliki lafal dan arti yang berbeda. Contoh:

· Peternak sapi di Boyolali itu memerah susu sapi. (memeras)

· Pipi pramuniaga itu memerah karena malu. (menjadi berwarna merah)

b. Hiponim

Hiponim adalah kata yang tingkatannya berada di bawah kata yang lain.

Contoh: katak, kera, buaya, dan ayam merupakan hiponim dari hewan.

· Beberapa orang berburu katak pada malam hari.

· Pengelola kebun binatang memberi makan beberapa kera.

· Pawang itu berhasil menangkap buaya di sungai dekat rumahku.

· Beberapa pedagang menaikkan harga ayam.

· Para pecinta alam berhasil menyelamatkan hewan yang termasuk langka di hutan ini.

Menurut Chaer (2002: 93), secara harfiah homonim dapat diartikan sebagai ”nama sama untuk benda atau hal lain”. Secara semantik, Menurut Chaer (2002:62), Menurut Chaer (2002:62), Verhaar (1978) memberi definisi homonim sebagai ungkapan (berupa kata, frase, atau kalimat) yang bentuknya sama dengan ungkapan lain (berupa kata, frase, atau kalimat) tetapi maknanya tidak sama.

Menurut Chaer (2002: 98), secara harfiah Hiponim berarti ”nama yang termasuk di bawah nama lain”. Secara semantik Verhaar (1978: 137) menyatakan hiponim ialah ungkapan (biasanya berupa kata, tetapi kiranya dapat juga frase atau kalimat) yang maknanya dianggap merupakan bagian dari makna suatu ungkapan lain.