Jumat, 17 September 2010

Variasi Bahasa Jawa dan Bahasa Sunda di Labuan Banten

A. Transkrip data

Dialog penjual jasa boat dengan mahasiswa.

Bapak 1 : Teh, mau ditato? Murah kok cuma lima belas ribu ajah!

Penanya : Lima ribu aja deh, gimana?

Bapak : ini sudah murah Teh.

Penanya : A, bisa bahasa kedondong nggak? Klo bisa nanti saya mau ditato deh.

Bapak 1 : Gak bisa, Klo bukan asli kedondong mah rada susah.

Penanya : Aa asli Carita?

Bapak 1 : Iya asli Carita, tapi nggak bisa bahasa Kedondong.

Penanya : Kenapa nggak bisa?

Bapak 1 : Kan bergaul sama orang-orang, jadi campur bahasa Jawa sama Sunda.

Penanya : Ohh..

Bapak 2 : mpok, Den lagi ape?

Penanya : lagi jalan-jalan aja Pak, mau cari orang kedondong.

Bapak 1 : sini aja disini ada orang kedondong. Dia asli orang kedondong.

Penanya : tapi bisa bahasa Indonesia?

Bapak 2 : bisa tapi susah ngomongnya, biasa orang zaman dulu.

Penanya : Oooo...

Bapak 3 : Ayo mpok mau dengar bahasa cangkek tidak? Nanti dikasih bahasa aneh.

Asal naek boat ke Pasir Putih.

Penanya : Memangnya berapa naik boat ke Pasir putih?

Bapak 2 : Kalo mau ke pasir putih bayarnya 20 ribu.

Bapak 3 : Ayo mau tidak sama mpok naek boat? Tidak basah, beda dengan banana

boat. Disono kan tau… tempat pariwisata. Kalau boat itu seadanya juga

brangkat.

Bapak 2 : Kalo nanti keliling Lippo carita, kita sambil wawancara.

Penanya : Hm...gimana ya?! Nanti saya coba ajaik yang lain. Kita ngobrol aja dulu

sambil nunggu yang lain.

Penanya : Pak klo bahasa cangkek itu seperti apa?

Bapak 2 : itu bahasa orang kedondong zaman dulu, disono ada tempat leluhur kita gitu

dulu, hutan, kita harus berbicara bahasa Cangkek kalau tidak tidak akan bisa keluar dari sana.

Penanya : Oh ya Pak, bapak selain kerja disini kerja apa lagi?

Bapak 3 : saya kerja jadi nelayan dan pembuat pindang.

Penanya : saya taunya pindang keureut

Bapak 2 : pindang keureut eta beuneur.

Keterangan

Bapak 1 : Asli orang carita. Pekerjaan Penjual jasa tato

Bapak 2 : Asalnya orang Sukabumi. Penjaja Boat

Bapak 3 : Asli orang Kedondong-Carita. Penjaja Boat.

Dialek betawi namanya Ratih

Dialog Ibu rumah tangga dengan mahasiswa.

Penanya : Selamat Siang...

Ibu boleh tanya-tanya?

Ibu Ratih : Oh iya, Dek.

Penanya : Nama ibu siapa?

Ibu Ratih : Ibu, Ratih.

Penanya : Ibu pekerjaanya apa? Kalau suami ibu?

Ibu Ratih : Ibu suka ngasin, tapi sekarang lagi pere, ikannya dibawain semua, kalo

suami ibu, suka ke laut. Kadang ke laut dapet, kadang gak, Dek.

Penanya : Ibu di sini kok sepi ya? Nelayannya pada kemana?

Ibu Ratih : Itu.........motor-motor pada ke Lampung, pada babang.

Penanya : Babang itu apa bu?

Ibu Ratih : Babang itu jadinya disana ajah, babang itu cuma empat

bulan, nanti ke sini lagi kalo udah gak paceklik. Orang sini bilangnya

babang.

Penanya : itu bahasa Jawa atu bahasa Sunda Bu?

Ibu Ratih : bahasa Jawa, orang Jawa bilangnya babang, Indonesianya aslinya

merantou.

Penanya : Ibu asli mana, Bu?

Ibu Ratih : Ibu sebenernya asli Jakarta, kelahiran Tanjung Priok. Cuman ibu udah lama tinggal disini. Udah 30 tahun. Anak ibu tiga belas biji. Yang masih sekolah empat lagi.

Penanya : Klo anak Ibu pendidikan paling tinggi apa?

Ibu Ratih : Anak ibu cuman sampai SMP, gak mau kuliah. Kalo lelaki, maunya ke

laut. Ke laut bekelnya 300ribu...300 ribu. Solarnya kan mahal. Solarnya

naek lagi. Roko-roko naek jadi 10-12 ribu. Beras mah agak turun. Yang

kesini banyak mahasiswa dari Jakarta, darimana... Enak klo sore banyak

yang mancing di sini. Dapet ikan kakap. Itu anak-anak kecil pagi-pagi

udah pada bawa pancing.

Penanya : Bu anak-anak pada dapet banyak ya mancingnya?

Ibu Ratih :Itu ikan Beesan, kecil-kecil, ga bisa dimakan, buat bikin pur.

A. Analisis Data

Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 7-8 April 2010. bertempat di kabupaten Pandeglang, kecamatan Labuan, yang meliputi 2 daerah penelitian yaitu, Desa Teluk, dan Desa Carita.

1. Variasi Kode Bahasa dilihat dari Pemilihan Bahasa pada Masyarakat Labuan

Perian variasi kode dalam penelitian ini mencakupi dua hal, yaitu (1) kode yang berwujud bahasa, (2) kode yang berwujud dialek.

Kode yang Berwujud Bahasa

Dari sejumlah peristiwa tutur yang terjadi dalam masyarakat Labuan di Banten, tampaklah bahwa penggunaan kode BS paling dominan. Dalam masyarakat pesisir pantai, penggunaan bahasa Jawa tampak dominan bukan hanya pada ranah keluarga, melainkan juga pada ranah di luar rumah.

(01) Konteks: Percakapan tiga peserta tutur (penutur I 27 tahun; penutur II

50 tahun; penutur III 59 tahun) di ranah pergaulan dalam masyarakat pada situasi penjualan jasa tato.

P1 : mau tanya bahasa kedondong?! Tanya saja ke bapak itu. Dia asli kedondong. Liat aja wajahnya tua gitu. Wajah jadul.

P2 : ni mpok-mpok, ini orang kedondong.

P3 : mo pada ke mane mpok?

P2 : awas, dia mah suka becanda!

P1 : mbak ayo pake tato. Murah.... Cuma 15 ribu.

X: bapak pekerjaannya apa?

P3 : saya kerja jadi nelayan.

P2 : itu loh mbak yang suka bikin pindang.

Dalam percakapan tersebut, petutur dominan menggunakan bahasa Indonesia. Tetapi penggunaan bahasa Indonesia pada setiap petutur sangat berbeda. Petutur yang lebih muda cenderung lebih bisa menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar, sedangkan yang lainnya terlihat kurang menguasai bahasa nasional tersebut.

Ternyata pemilihan bahsa Indonesia tidak hanya terjadi dalam ranah pemerintahan, agama, ataupun acara resmi lainnya. Pada percakapan penawaran tato juga terjadi variasi bahasa Indonesia dan bahasa daerah.

Kode yang Berwujud Dialek

Pada wujud dialek, masyarakat dominan menggunakan dialek jawa Banten dalam komunikasi, salah satunya pada mahasiswa. Jadi masyarakat menggunakan pemilihan kosakata yang berbeda dalam beberapa situasi, antara lain pada ranah keluarga, ketetanggaan, pemerintahan, pendidikan, agama, dan upacara adat. Tuturan berikut merupakan penggunaan variasi dialek Melayu Banten dalam situasi santai.

Nama ibu siapa?

Ibu Ratih : Ibu, Ratih.

Penanya : Ibu pekerjaanya apa? Kalau suami ibu?

Ibu Ratih : Ibu suka ngasin, tapi sekarang lagi pere, ikannya dibawain semua, kalo

suami ibu, suka ke laut. Kadang ke laut dapet, kadang gak, Dek.

Penanya : Ibu di sini kok sepi ya? Nelayannya pada kemana?

Ibu Ratih : Itu.........motor-motor pada ke Lampung, pada babang.

Penanya : Babang itu apa bu?

Ibu Ratih : Babang itu jadinya disana ajah, babang itu cuma empat

bulan, nanti ke sini lagi kalo udah gak paceklik. Orang sini bilangnya

babang.

Penanya : itu bahasa Jawa atu bahasa Sunda Bu?

Ibu Ratih : bahasa Jawa, orang Jawa bilangnya babang, Indonesianya aslinya

merantou

Percakapan di atas menggunakan variasi bahasa Melayu Banten yang dapat dilihat pada tuturan, Penanya: ” Ibu di sini kok sepi ya? Nelayannya pada kemana?” dan dijawab oleh Ibu Ratih: ”Itu.........motor-motor pada ke Lampung babang”. Dalam wacana percakapan di atas terlihat adanya pemilhan kode bahasa yang berupa variasi bahasa Jawa dan Bahasa Indonesia. Pemilihan kode tersebut dilakukan oleh penutur dengan hubungan antarpenutur sehingga lebih mengakrabkan antara penanya dengan ibu yang diwawancara.

Variasi Bahasa Onomasiologis

Berikut ini adalah hasil klasifikasi pengumpulan kosakata yang kami dapat dari teknik wawancara dan teknik observasi (simak, libat, dan lihat) di Labuan Banten.

Tabel Variasi Bahasa Onomasiologis

Bahasa Jawa-Banten

Bahasa Jawa

Bahasa

Sunda-Banten

Bahasa Sunda

Bahasa

Indonesia

Mbok

embok

Emak

indung

ibu

Bapa nde

simbah

Aki

aki

kakek

teteh

mbakyu

Teteh

teteh

kakak

sireu

kowe

Sire

anjeuna

kamu

raos

sedep

Ngeunah

raos

enak

iwak

iwak

Lauk

lauk

Ikan

nong

mbak

Nong

eneng

nona

laut

pesisir

laut

basisir

Pantai

bocah

bocah

Budak Leutik

Budak leutik

Anak-anak

butek

butek

keruh

kiruh

keruh

guyon

geguyon

heureuy

heureuy

Sendagurau

dolan

dolan

main

Ameng/ulin

Main

pasir

wedhi

pasir

keusik

Pasir

juragan

juragan

majikan

dunungan

majikan